BUKITTINGGI, MINANG TERKINI : Dalam hitungan jam, kualitas udara di sebagian besar daerah di Sumbar mendadak menurun akibat kian menebalnya kabut asap, Jumat (18/9/2015). Jika pada pagi kualitas udara masih berkategori sedang, maka siang ini sudah berubah menjadi tidak sehat.
Dari hasil pengukuran kualitas udara yang dilakukan Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Kototabang di Agam Sumbar pada pukul 07.00 WIB kosentrasi harian aerosol PM10 (partikel debu) masih berada di level 70 mikrogram permeter kubik dan masih berkategori sedang.
Satu jam kemudian, atau pukul 08.00 WIB kualitas udara mulai memburuk dan PM10 berada di level 86 mikrogram permeter kubik. Namun di level itu, kualitas udara masih tetap berkategori sedang. Pada pukul 11.00 WIB kualitas udara belum menunjukan peningkatan, dan PM10 terus merangkak di level 110 mikrogram permeter kubik.
Tapi pada pukul 12.00 WIB, kualitas udara mulai berkategori tidak sehat, dan PM10 berada di level 189 mikrogram permeter kubik.
Kabut Asap di Sumbar Pekat ISPU Masuk Kategori Tidak Sehat |
Puncaknya, satu jam kemudian atau pukul 13.00 WIB kabut asap bertambah pekat dan kosentrasi PM10 menembus level 293 mikrogram permeter kubik. Kondisi udara tidak sehat ini bertahan hingga pukul 14.00 WIB.
Sementara sorenya pada pukul 15.00 WIB kualitas udara sedikit meningkat dan PM10 berada di level 282 mikrogram permeter kubik. Namun pada level tersebut tetap berkategori tidak sehat.
Untuk kategori Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) berdasarkan kosentrasi PM10, ISPU berkategori baik jika PM10 berada di level 1 hingga 50 mikrogram permeter kubik, dan level 51 hingga 150, ISPU berkategori sedang.
ISPU sudah bisa dikatakan tidak sehat, jika kosentrasi PM10 mencapai level 151 hingga 350 permeter kubik, dan di level 351 hingga 420, ISPU sudah berkategori sangat tidak sehat. Sementara ISPU masuk kategori berbahaya jika PM10 berada di atas 420 mikrogram permeter kubik.
Terkait permasalahan kabut asap yang mendadak pekat ini, Albert Nahas, Staf BMKG bagian Observasi, Data dan Analisis Stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Kototabang di Agam-Sumbar mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat kualitas udara di Sumbar mendadak memburuk.
Faktor pertama menurutnya sumber kabut asap dari bagian selatan Sumatera masih kering, sehingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) belum bisa diatasi, baik dari faktor cuaca maupun dari usaha pemadaman.
Selanjutnya dari segi teknis, Ia menduga ada perbedaan tekanan antara dua lapisan udara yang dekat dengan permukaan. Perbedaan ini menyebabkan tertahannya partikel debu, sehingga dampak kabut asap di rasakan di Sumbar.
“Dari bau yang tercium, mengindikasikan kabut asap yang dirasakan kali ini bersumber dari lokasi yang tidak terlampau jauh dan pencemar yang dibawa berasal dari lapisan udara yang cukup rendah,” jelas Albert Nahas.
Ia melanjutkan, kemungkinan lain adalah faktor arah dan kecepatan angin yang membawa polutan yang bergerak cukup cepat. Ia mengatakan, setidaknya pengukuran kecepatan angin permukaan di Kototabang mengindikasikan pergerakan udara permukaan yang cepat.
“Menebalnya kabut asap secara mendadak ini tidak selalu terjadi. Tahun kemarin, pernah juga terjadi, tapi kali ini agak sedikit berbeda. Kali ini kabut asap juga menyatu dengan kelembapan yang agak tinggi,” jelas Albert Nahas.(mt/gus)
0 Komentar