Malam Satu Suro,Warga Timpeh Pinang Makmur Gelar Wayang Kulit


Minang-terkini--Kartono : Ritual malam satu Suro sejatinya merupakan wujud rekfleksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya dengan disertai harapan akan berkah dari Sang Pencipta.

Ritual di bulan Suro bagi masyarakat Jawa terbilang cukup padat. Dari malam pertama bulan Suro hingga hari ke sepuluh termasuk setelahnya, merupakan hari-hari yang memiliki nilai kesakralan. Di hari yang diyakini sakral itulah, masyarakat Islam Jawa, menyikapinya dengan berbagai ritual, yang sudah menjadi tradisi turun temurun.

Hingga saat ini, setiap tahunnya tradisi malam satu Suro selalu diadakan oleh masyarakat/etnis Jawa yang berada di Nagari Pinang Makmur Kec.Timpeh Kab.Dharmasraya yang merupakan daerah Transmigrasi pada era Orde Baru.

“Dari keseluruhan peribadatan pada bulan Muharram, yang paling populer adalah ritual pada hari Asyuro, atau hari kesepuluh bulan Muharram. Terkadang juga ditambah dengan satu atau dua hari sebelumnya (tarwiyah = 8, hari kedelapan dan tasu’a = 9 ), dan juga ditambah pula satu hari sesudahnya (tanggal 11),” kata penulis 

“Ajaran Ma’rifat Syekh Siti Jenar” KH. Muhammad Solikhin.
Acara diawali dengan pembacaan lantunan Ayat ayat suci Alqur'an dan doa,serta berbagai kegiatan yang telah disusun oleh panitia acara.

Kartono,salah seorang anggota DPRD Dharmasraya yang juga tinggal disana,saat ditemui oleh awak media ini menyampaikan bahwa " Ritual malam satu Suro sendiri sejatinya merupakan wujud rekfleksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya dengan disertai harapan akan berkah dari Sang Pencipta,"pungkasnya.

Menurut salah seorang tokoh masyarakat keturunan Jawa ini  menjelaskan bahwa malam ini kita akan mengadakan acara Wayang Kulit.
Kata-kata wayang sebenarnya berasal dari kata”Ma Hyang” yang arti nya menuju roh spiritual, Dewa atau Tuhan Yang Maha Esa.
Beliau juga memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan malam satu Suro ini dengan hadirnya Wayang Kulit dilingkungannya.
"Saya akan selalu berusaha untuk melestarikan budaya dan tradisi nenek moyang ,sehingga masyarakat Jawa yang berada di Kec.Timpeh ini tidak lupa,terutama generasi mudanya yang bisa dibilang lahir di daerah Sumatera ini,"tuturnya.(al)

Posting Komentar

0 Komentar