Ajang festival dua
tahunan Pekan Seni Nan Tumpah 2017 telah resmi ditutup pada Jumat (29/9) malam,
ditandai dengan penampilan Sanggar Seni Dayung-Dayung yang begitu manis dan
memikat. Aneka pertunjukan seni dihelat selama sepekan di Gedung Teater Utama
Taman Budaya Sumatera Barat. Disebutkan oleh Komunitas Seni Nan Tumpah selaku
panitia sampai hari terakhir festival, tercatat 2650
penonton betul-betul tumpah meramaikan acara ini.
Sejak dibuka pada pada
Sabtu (23/9/2017) acara yang rutin digelar sejak tahun 2011 tersebut memang
menjadi magnet bagi kunjungan masyarakat ke Taman Budaya Sumatera Barat. Ada
tujuh kelompok seni yang mengisi acara.
Selain Komunitas Seni Nan Tumpah, berturut-turut Komunitas
Seni Hitam-Putih, Teater Jengkal Bengkulu, Sherlilab, Sanggar Seni
Dayung-Dayung, Kelompok musik Balega, dan Galang Dance Community sebagai
penampil seni pertunjukan. Di samping itu, digulirkannya kegiatan berdurasi
panjang bertajuk Liga Baca Puisi Kreatif yang telah dimulai
sejak Juni 2017 hingga babak semi final sepanjang festival, tentu saja
berperan menghadirkan penonton dari berbagai kalangan. Pameran Seni Rupa yang
ditaja oleh Randy Otonk berjudul ‘Perkawinan Akal’ memberikan nuansa dunia
imajinatif yang bahagia selama sepekan penuh itu.
“Festival seni dua tahunan yang
dikelola KSNT ini lahir dari program kerja jangka panjang anggota KSNT guna
merespons minimnya festival seni yang diadakan dan dikelola oleh sebuah
kelompok/komunitas seni di Sumatera Barat. Sebagai komunitas yang ingin
dan terus berupaya membangun iklim seni pertunjukan dengan penonton baru,
didukung oleh kerja manajemen kelompok yang cukup baik, berupaya untuk menjawab
sekaligus membantah hal tersebut,” kata Mahatma Muhammad, Pimpinan KS Nan
Tumpah yang diamini Karta Kusumah, penyair dan juga Sekretaris komunitas seni
yang telah memenangkan berbagai penghargaan seni pertunjukan nasional itu.
Nama Festival Seni
Pekan Nan Tumpah sendiri resmi digunakan pada gelaran festival pada 24-27
Desember tahun 2013, dengan menghadirkan 4 (empat) pertunjukan teater, 2 (dua)
pertunjukan tari, serta 2 (dua) pertunjukan musikalisasi puisi dari 8
(delapan) komunitas seni independen dari Sumatera Barat. Tercatat panitia
berhasil menjaring sedikitnya 1.300 penonton baru seni di Sumatera Barat, yang
membeli tiket dari total 1.864 daftar di buku tamu kegiatan Pekan Nan Tumpah
2013.
“Seniman pertunjukan saat ini harus
aktif menjaring penonton. Jangan pasif. Sebuah kelompok seni pertunjukan pada
saat ini harus memiliki semacam manajemen modern dan profesional. Harus pula
pandai menangkap ketertarikan publik, penonton serta bisa menaja pertunjukan
yang berkelanjutan, layak ditonton berkali-kali oleh penikmat seni dan
masyarakat,” ujar Mahatma kepada media ini, di sela kesibukannya memonitor
berlangsungnya kegiatan ini.
Taufik Effendi, Kepala Dinas
Kebudayaan Sumatera Barat mendukung usaha-usaha kerja kreatif pegiat kesenian
di Sumatera Barat. Hal ini disampaikan ketika didapuk untuk membuka gelaran
Pekan Seni Nan Tumpah 2017, “Ada ketidaksepahaman ideologi antara seniman
dengan masyarakat. Sebab itu Dinas Kebudayaan mempunyai tugas untuk
menjembatani dan memfasilitasi kreatifitas pegiat seni dan budaya di Sumatera
Barat khususnya dapat memasyarakat, menjadi semacam kebutuhan batin bagi
masyarakat. Ke depan kita akan coba menggratiskan fasilitas semacam panggung
utama Gedung Teater di Taman Budaya ini, agar lebih bisa dimanfaatkan oleh
berbagai kalangan. Sehingga Taman Budaya khususnya, kembali menjadi ruang
berkegiatan bagi seniman, sastrawan dan budayawan Sumatera Barat,” terangnya.
Emilia Dwi Cahya selaku Ketua
Panitia mengatakan, “Rangkaian kegiatan dalam Festival Seni Pekan Nan Tumpah,
23-29 September 2017 telah berakhir. Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh
penonton dan pengunjung pameran. Tercatat dalam buku tamu dan penjualan tiket
festival dua tahunan edisi ke empat ini berhasil menjaring sedikitnya 2650
penonton seni pertunjukan,” pungkasnya.
(Ditulis oleh Denni Meilizon / Muhammad Fadhli)
0 Komentar