Pameran System Matrilinial Harapkan Budaya Harus Menjadi Panglima Di Hati Masyarakat


Batusangkar,- Sebuah budaya bangsa, akan tinggal dihati dan didalam jiwa rakyatnya. Mungkin kalimat yang dilontarkan oleh salah seorang tokoh dunia asal India, Hatma Gandhi menjadi hal yang sangat logika. Terkhusus bagi masyarakat minangkabau pada saat ini sedang berpesta mengingat sejarah, dengan menampilkan beragam budaya yang menjadi cermin sebuah bangsa atau daerah.

Setelah ribuan mata menyaksikan sejarah baru pada pembukaan Festival Pesona Budaya Minangkabau (FPBM), sebuah tradisi budaya arakan jamba dapat memecahkan rekord dunia sebagai arakan terbanyak oleh "padusi" nagari Luhak Nan Tuo. Dan menandakan budaya itu tertanam dalam jiwa masyarakat Minangkabau.

Kembali pada sore itu, dihari yang sama, Rabu (29/11/27) bumi kota yang berjuluk Kota Budaya di isi oleh ribuan manusia menyaksikan rangkaian kegiatan pada FPBM, mulai dari penampilan seni, pameran produk lokal hingga pameran tentang budaya masyarakat minangkabau.

Suara gending dan hentakan gerakan tarian menarik pada sebuah gedung, menarik langkah kaki saya untuk mendekat ke arah sumber suara dan gerakan itu. Ting-teng ting-teng, seolah getaran itu membawa suasana penuh pada masa lalu, masa dimana masyarakat minangkabau meninggalkan sejarah budaya.

Terhenyak, saat memasuki gedung Maharajo Dirajo di jantung kota Batusangkar, menggetarkan hati dikala langkah kaki semakin dekat. Sudut ruangan gedung di isi oleh berbagai pernak pernik peninggalan masa lalu, masa dimana budaya menjadi sejarah bagi masyarakat Minangkabau.

Yah, dengan keikut sertaan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Wilayah Sumbar Riau dalam pameran budaya tersebut, jelas jika budaya sudah lama ada dan saat ini tertanam pada jiwa masyarakat.

"Selain memberikan pemahaman sejarah dan budaya kepada masyarakat, pemeran ini juga salah satu bentuk pendukungan BPCB Sumbar pada kegiatan Festival Pesona Budaya Minangkabau tahun 2017 ini," ungkap Kepala BPCB Sumbar Riau Nurmatias kepada media ini. 

Dalam pelaksanaan kegiatan, pameran yang mengusung matrelinial ini mendapat perhatian khusus oleh Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon yang langsung memberikan apresiasi kepada pemerintah daerah dalam mengenalkan budaya kepada masyarakat, terutama kepada generasi muda.

"Budaya harus menjadi panglima di hati masyarakat, artinya dengan mengingat budaya ini bisa menjadi nilai tambah bagi kehidupan masyarakat dan itu harus dipertahankan," ucap Fadli Zon.

Dalam pameran tersebut, terlihat dalam prasasti prasasti kuno yang telah diterjemahkan jika suku Minangkabau menjadi salah satu suku terbesar yang ada di Indonesia dan memiliki keunikan sendiri. Hal unik itu adalah soal kedudukan gender dalam sistem masyarakat Minangkabau. Ya, seperti yang sudah kita pahami, orang-orang Minangkabau sangat mengistimewakan kaum perempuannya. 

Dalam adat dan budaya Minang, adat menetapkan silsilah keturunan mengambil garis keturunan Ibu, yang disebut system matrilineal yang sulit dibantah karena ini merupakan dalil yang sudah hidup, tumbuh dan berkembang di masyarakat Minangkabau. Hal inilah yang kemudian membuat perempuan Minang memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri.

Seperti yang disampaikan Fadlizon dalam perbincangan singkat dengan para awak media saat kunjungan ke pameran BPCB mengatakan akhir akhir ini banyak hoax yang melumpuhkan kekuatan budaya dengan kamuflase politik, seakan akan politik itu jahat dan jelek. Padahal, politik itu di Negara manapun penting.

"Di Negara kita Indonesia ini politik sudah mapan, karena sudah ada dasar yang menjadi relnya yaitu Pancasila, yang dimengerti oleh manusia berTuhan, jadi masyarakat harus hati hati dalam menyaring informasi itu," ucap Fadlizon.

Katanya, Minangkabau ini memiliki ratusan budaya dan bahasa yang tersebar di pelosok nagari, badan yang membawahi juga sudah mengali hal itu untuk meluruskan, untuk itu ia mengajak masyarakat mengembalikan karakter Budaya Indonesia, khususnya budaya minangkabau.

"Sekali lagi, Budaya harus menjadi Panglima Pemersatu Bangsa di tengah Era Globalisasi seperti sekarang, membangkitkan semangat Nasionalisme dengan tujuan akhir hanya satu untuk kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)," tegas Fadlizon.

Lantas, mampukah Budaya yang sudah diatur dalam Undang Undang nomor 5 tahun 2017 itu menjadi Panglima pembangun kembali karakter Bangsa?.

Oleh : Aldoris


Posting Komentar

0 Komentar