Oky Adhadi, SH. ; Wartawan Madya |
Sang Kapten yang tangguh itu akhirnya kalah di Pemilihan Gubernur di Pilkada Tahun 2024. Adalah Epyardi Asda mantan nahkoda yang saat ini masih menjabat sebagai Bupati Solok yang dalam hitungan bulan ke depan jabatan bupati yang dijabatnya akan diisi bupati baru terpilih.
Epiyardi resmi dinyatakan kalah telak oleh rivalnya Mahyeldi. Kekalahan telak sang kapten itu telah diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumbar pada Minggu, "12/08/2024", hasil dari rekapitulasi suara Gubernur dan Wakil Gubernur yang mulai direkap sejak Sabtu (7/12).
Dalam rekapitulasi suara yang ditetapkan KPU Sumbar, Mahyeldi - Vasko berhasil meraih 77,12% suara atau setara dengan 1.757.612 suara, jauh mengungguli pesaingnya Epiyardi - Ekos yang memperoleh suara 22,88% atau 521.448 suara.
Dari total Daftar pemilih (DPT) sebanyak 4.103.084 pemilih, dengan tingkat partisipasi pemilih tercatat sebesar 57,15%. Sebanyak 2.349.069 orang mengunakan hak suaranya, dengan 2.278.069 suara yang dinyatakan sah dan 79.009 suara yang tidak sah.
Berdasarkan hasil rekapitulasi suara itu, Mahyeldi - Vasko unggul di 19 Kabupaten/kota di Sumatera Barat.
Bukan nahkoda kalau takut menghadang gelombang. Mungkin itu pulalah yang coba dibuktikan mantan anggota DPR RI tiga periode tersebut disaat memutuskan maju sebagai calon Gubernur.
Pelaut memang tak mengenal takut. Seperti petuah pelaut yang sering kita dengar.
"Tak ada Nahkoda hebat yang lahir dari lautan yang tenang. Nahkoda hebat mesti lahir di laut yang penuh gelombang dan badai".
Mungkin atas dasar itu juga yang mematik mental mantan nahkoda kapal untuk maju mengejar Naik tahta berlayar di samudra yang lebih luas untuk mengejar tahta yang lebih tinggi yakni menduduki kursi panas Gubernur Sumatera Barat.
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, nahkoda merupakan perwira laut yang memegang komando tertinggi di atas kapal niaga.
Setidaknya, lelaki asal Nagari Singkarak Kabupaten Solok itu telah membuktikan hingga memberanikan maju sebagai calon Gubernur Sumatera Barat melawan sang petahana di tengah posisi Kapten yang masih punya peluang maju untuk periode kedua di Kabupaten Solok. Namun jalan itu tak diambilnya.
Hitung-hitungan politik Epyardi Asda sepertinya telah masak lebih memilih OTW ke Sumbar.
Bagi Epyardi Asda setidaknya telah menyadari resiko yang akan dihadapi. Namun sebagai sosok petarung sejati yang bernyali pelaut tentu resiko kapal oleng atau tengelam mungkin bagi beliau tak jadi soal.
Sebagaimana diketahui, Epyardi Asda memiliki rekam jejak yang cemerlang dan cukup lama dalam dunia politik. Pria kelahiran Singkarak 11 Maret 1962 tersebut adalah pengusaha dan politikus PAN. Sebelum menjabat sebagai Bupati Solok. Alumni SMA N1 Kota Solok dalam riwayat singkatnya. Capt. H. Epyardi Asda, M.Mar. bergelar adat Datuak Sutan Majo Lelo dulunya Anggota DPR-RI Fraksi PPP tiga periode sejak 2004 hingga 2018.
Epiyardi dikenal sebagai pengusaha dan politikus. PT. Kaluku Maritama Utama, perusahaan yang bergerak dalam bidang bongkar muat barang di Tanjung Priok adalah milik sang kapten. Usaha bongkar muat barang yang cukup besar di Indonesia yang berlokasi di Tanjung Priok sana.
Posisinya sebagai politisi di senayan yang pernah dilakoninya kini bergeser kepada putrinya Athari Ghauthi Ardi anggota DPR RI Dapil Sumbar 1 saat ini. Athari Ghautri mengikuti jejak bapaknya. Politisi PAN yang kini menduduki kursi DPR RI di Senayan untuk periode kedua. Altari adalah 1 dari 8 anggota DPR RI Dapil Sumbar 1 yang saat ini berkantor di Senayan.
Dapil Sumbar 1 yang meliputi 11 daerah, yaitu Dharmasraya, Kepulauan Mentawai, Pesisir Selatan, Kota Sawahlunto, Sijunjung, Kota Solok, Solok Selatan, Tanah Datar, Kota Padang, Kota Padang Panjang, dan Solok.
Menyambung kembali. Epiyardi Asda maju sebagai calon gubernur berpasangan dengan Ekos Akbar, OTW Sumbar ‘Mambangkik Batang Tarandam’ menjadi tagline yang dibawa Epiyardi Asda Bersama pasangannya saat itu.
Sedikit catatan, Ekos Akbar bukanlah orang baru dalam panggung politik. Ekos Akbar adalah pengusaha dan politikus PAN. Pada partai berlambang matahari itu dirinya menjabat sebagai wakil bendahara DPP PAN. Dalam karir politiknya beliau merupakan mantan Wakil Walikota Padang.
Kekalahan Epiyardi Asda dalam Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2024 sudah diprediksi banyak pihak sebelumnya. Gaya komunikasi dibalik karakter Epiyardi Asda yang suka menyerang disebut-sebut sebagai sumber utama kekalahan sang Kapten.
Tidak hanya satu atau dua orang karakter sang kapten yang dinilai tak lazim sebagai seorang pemimpin tersebut sudah menjadi rahasia umum di Kabupaten Solok. Tak ada yang bisa membantahnya apa yang dikatakan kapten sepenuhnya harus dipatuhi melawan saja siap- siap untuk di mutasi.
Sepanjang menjabat Bupati Solok itu tak luput dari beragam sorotan dibalik cara kepemimpinan yang nilai sebahagian orang tidak lazim dipertontonkan sebagai seorang pejabat.
Sejumlah pristiwa dengan beragam polemik menjadi catatan kilas balik kepemimpinan kapten yang menjadi catatan kami sebagai penulis.
Di awal tahun pertama kepemimpinan, sang kapten bertepatan pada minggu kedua Juni 2021, Kabupaten Solok dihebohkan terkait pelayanan IGD salah satu puskesmas di Kanagarian Tanjung Bingkung yang dinilainya tidak maksimal.
Video Bupati marah-marah dan mengeluarkan bahasa yang tajam kepada bawahannya yaitu pimpinan Puskesmas berlansung pada saat bupati sidak (inpeksi mendadak) di Puskesmas tersebut. Aksi Bupati memarahi bawahannya itu juga viral dan turut disoroti beragam komentar di tengah masyarakat. Buntut pristiwa itu kepala puskesmas lansung dicopot dari jabatan dan dipindahtugaskan ke tempat terisolir.
Menurut bupati hal itu sebagai bentuk memberikan efek jera sehingga perbuatan yang sama tidak akan terulang kembali.
Kejadian di balik sidak Bupati tersebut menyita perhatian publik. Tak hanya media lokal, media nasional pun turut menjadikan headline topik yang menarik untuk dikupas.
Tidak berhenti di puskesmas Tanjung Bingkung, polemik di Kabupaten Solok dalam perjalanan kepemimpinan Kapten sampai mendekati akhir jabatan hampir tak ada ujungnya.
Selesai Puskesmas, bupati juga tercatat berpolemik dengan Wali Nagari, cekcok dengan anggota dan Ketua DPRD dengan Wakil Bupati pun hubungannya juga tidak baik-baik saja ditenggarai sampai saat tulisan ini diturunkan, Bupati dan Wakil Bupati diketahui tak pernah sikron hubungan keduanya tak harmonis Bupati dan Wakil Bupati kerja sendiri- sendiri. Kemesraan hanya terjadi pada masa kampanye dan kemesraan itu berakhir sejalan dengan berbagai polemik yang terjadi di Kabupaten Solok.
Sebagimana diketahui Bupati Solok Epiyardi Asda dan Wakil Bupati Jon Firman Pandu dilantik sebagai Bupati dan Wakil bupati Solok oleh Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah, Senin 26 April 2021.
Epiyardi dilantik Gubernur bersamaan Bupati Khairunas dan Wakil Bupati Solok Selatan Yulian.
Bupati Solok tersebut terlambat dilantik lantaran hasil pilkada yang digugat berlanjut prosesnya di Mahkamah Konstitusi (MK) hingga akhirnya MK menolak permohonan dari pemohon. Permohonan dalam gugatan saat itu calon Bupati Nofi Candra dan Wakil Bupati Yulfadli Nurdin. Sedangkan keterlambatan pelantikan Bupati Solok Selatan karena periode masa jabatan kepala daerah yang sebelumnya belum berakhir.
Menyambung kembali, kepemimpinan Bupati Solok Epiyardi Asda. Sang Kapten menjadi salah satu kepala daerah yang cukup fenomenal di Indonesia. Fenomenal dibalik sikap yang dilabel masyarakat sebagai Bupati yang suka pamberang.
Pamberang yang dinilai sebahagian masyarakat menjurus kepada sikap arogansi, ego dari seorang Bupati. Hal ini pulalah yang diyakini banyak pihak yang menjadi pemicu kekalahan bupati dalam pemilihan Gubernur.
Tidak hanya pemberang Epiyardi Asda juga dikenal sebagai sosok yang hobi menjelekan orang lain dan tak menyadari sebagai manusia juga tak luput dari kekurangan. Hal ini pulalah yang menjadi point merugikan bagi Epiyardi Asda saat maju di Pilgub Gubernur.
Karakter Epiyardi Asda yang suka menjelekan juga muncul pada saat debat. Epiyardi dalam debat secara terang-terangan tampak menyerang rivalnya dibandingkan menjual program yang dapat menyakini masyarakat Sumatera Barat.
Mungkin bagi Epiyardi Asda itu hal yang biasa dalam sebuah debat. Namun dalam aksi debat itu ribuan mata menyaksikan bagaimana Epiyardi Asda lebih menonjolkan sikap menyerang dengan bahasa-bahasa sombong dan sikap yang cendrung arogansinya dari pada memilih jalan mengali program atau visi misi beliau dalam membangun sumbar kedepan. Tapi tak Epiyardi Asda juga orangnya kalau bicaranya bisa bermanis -manis dan bisa menjaga mulut agar tak menyinggung perasaan orang lain.
0 Komentar